KISAH SRIKANDHI DAN SRIKONDHI
Di kerajaan Denggalang hiduplah seorang raja bersama istrinya. Mereka hidup bahagia dan sdang menunggu kelahiran anak pertama mereka. Tak berapa lama sang permaisuri melahirkan anaknya, ternyata anak mereka kembar, yang satu perempuan dan yang satu laki-laki. Namun raja harus menerima kenyataan bahwa istrinya meninggal, tak beberapa lama setelah melahirkan. Anak mereka diberi nama Srikandhi dan Srikondhi.
Kini Raja harus membesarkan anaknya sendiri, namun Raja merasa tidak sanggup. Akhirnya Raja menikah lagi. Namun istrinya yang sekarang tak menyukai salah satu anak raja dan berniat membuangnya tanpa sepengetahuan Raja.
Tak berapa lama Raja meninggal. Istri Raja merasa snang karena dapat menguasai hartanya dan menjalankan rencananya dapat berjalan dengan lancar.
Istri Raja : “Akhirnya apa yang aku inginkan telah ku dapatkan” (Sambil tertawa karena merasa senang)
15 tahun kemudian, kini anak-anak yang bernama Srikandhi telah beranjak remaja. Namun Srikandhi mempunyai kebiasaan yang aneh, ia suka mencuri. Padahal orang tuanya terkenal baik di lingkungan masyarakat. Ow…mungkin tertular kelakuan ibu tirinya.
Suasana pagi hari tampak cerah, matahari mulai menampakkan hidungnya. Tampak diruang makan Srikandhi bersama ibunya sedang makan.
Srikandhi : “Ibunda Ratu, nanti ananda mau jalankan tugas biasa…” (ngomong sambil makan)
Ibu Tiri : “Harus itu Nanda…” (ngomong sambil makan)
Srikandhi : “Hari ini Nanda akan ke pasar. Sebabnya hari ini Kamis Pahing jadi pasti banya orang yang jual kambing. Pasti mereka banyak uang”.
Ibu Tiri : “Hahahaha…itu benar Ananda…kamu memang jenius…”
Srikandhi : “Ya tentu ibunda ratu, walalupun Matematika yang alog P tak mengerti. Tapi bunda, kalau nyuci…Nanda sudah handal hahaha…” (tertawa girang).
Ibu Tiri : “Ya sudah…cepatlah berangkat, keburu mangsa hilang…”
Srikandhi : Ah…Ibunda bisa saja. Ya Bunda, Nanda berangkat dulu…”
Ibu Tiri : “Ya… Ananda, hati-hati…” (berjalan ke luar mengantar anaknya)
Srikandhi yang mempunyai wajah cantik, tapi tak
Srikandhi : “Ya dah Mi, sudah siang mau berangkat dulu”. (beranjak dari tempat duduk)
Ibu Tiri : “Lho nggak ganti celana?”
Srikandhi : “Nggak Mi. pakai pakaian ala kerajaan ini saja.” (sambil menata tasnya dikamar).
Ibu Tiri : “Lha ntar kalau kamu nyopetnya ketahuan warga terus kamu dikejar. Gimana kamu bisa lari cepet kalau pakai pakaian ini?”
Srikandhi : Ow…itu gampang Mi. Dicincingne tho, ntar lak bisa lari.” (menjawab dengan santai)
Ibu Tiri : “Ya sudah ndank berangkat.”
Srikandhi : “Iya Mi. Srikandhi berangkat dulu cari uang. Asslamu’alaikum” (keluar dari kamar)
Ibu Tiri : “Wa’alaikumsalam…” (berjalan kearah luar mengantar anaknya). “Hati-hati nduk”.
Srikandhi yang memiliki wajah cantik seperti ibu kandungnya itu berangkat ke pasar dengan mengendarai kendaraan merk RK produksi Jepang (RK singkatan dari Roda Kaki). Tak lama kemudian Srikandhi sampai dipasar. Srikandhi memulai aksinya untuk nyopet uang orang-orang di pasar.
Srikandhi : “Yah…hari ini apes banget cuaca panas, nyopet Cuma dapat dompet aja nggak ada uangnya. (duduk di bawah pohon sambil mengusap keringat di dahinya dan membuat dompet curiannya).
Setelah selesai menghilangkan rasa lelahnya. Srikandhi memulia aksinya kembali. Saat itu Srikandhi. Tapi, hari ini emang bukan hari keberuntungan untuk Srikandhi. Belum sempat nyopet saja, Srikandhi mau dikeroyok warga.
Sambil berjalan mengikuti orang yang akan dicopetnya, tangan kanan Srikandhi menyaut sebuat tomat yang dijual dipasar dan langsung memakannya. Penjual tomat itu tidak terima dan berteriak maling-maling. Semua orang yang berada dipasarpun langsung berlari mengejar Srikandhi.
Warga : “Ayo kejar…” (berlari mengejar Srikandhi)
Srikandhi : (mendadak berhenti dari jalannya) “Eh apa-apaan ini, kok beramai-ramai ngejar-ngejar aku? Mau minta tanda tanganku ya? Nanti saja di rumah ya?” (Meneruskan jalannya)
Warga : (Mengejar Srikandhi) “Ee…kami ini bukan mau minta tanda tanganmu. Tapi, mau menangkapmu karena kamu tadi sudah mencuri tomat di pasar.”
Penjual Tomat : Syufftt……langsung ditangkap aja. Mau nangkap orang kok dadak bilang barang. Selak keburu lari tho?”
Srikandhi : “Eh…btw ada apa ya? Kok kalian mau menangkapku? (bingung tidak tahu apa salahnya).
Penjual Tomat : “Jangan sok nggak tahu. Kamu tadi sudah nyolong tomatku.” (telunjuk sambil menuding ke arah Srikandhi)
Srikandhi : “Aku nggak nyolong pak. Tapi Cuma mengambil saja.” (membela dirinya).
Penjual Tomat : “La iya itu namanya nyolong bahasa kasarnya.”
Srikandhi : “Eh kasar bahasa ada ya? Berarti halus bahasa ada juga now?”
Penjual Tomat : “Ada, kalau bahasa halusnya mencuri.”
Srikandhi : “Ow…pencuri? Ya…ya aku tau. Maaf ya pak saya ini pencuri emang. Tapi bukan pencuri tomat melainkan pencuri uang. Hihihi… (tertawa sambil berjalan meninggalkan penjual tomat dan para warga).
Penjual Tomat : “Eh…wanita sinting berhenti…” (berlari mengejar Srikandhi)
Akhirnya Srikandhi tertangkap oleh Penjual Tomat dan Warga. Srikandhi diikat dan dibawa ke kantor Polisi.
Penjual Tomat : “Pak…pak Polisi penjarakan wanita sinting ini.”
Warga : “Ya pak hukum mati saj.”
Srikandhi : “Waduh…jangan pak saya belum mau mati. Saya belum ngaji dan sholat pak dan ibu saya belum saya belikan beras. Nanti bisa-bisa ibu saya kelaparan kalau saya tinggal mati pak.” (merasa ketakutan)
Polisi : “Sebentar…sebentar. Ada apa ini kok ramai-ramai.” (bingung)
Warga : “Ini pak ada putri raja yang mendadak mlarat, jadi pencopet. Hahaha” (tertawa)
Polisi : “Kamu ini perempuan, punya wajah cantik dan pakaianmu ini kelihatannya anak seorang raja.”
Srikandhi : “Ow…bener pak saya ini emang keturunan dari Kerajaan Denggala.” (menjelaskan)
Polisi : “Kerajaan yang rajanya terkenal kaya raya itu? (merasa heran)
Srikandhi : “Banget betul, 100 buat pak Polisi.”
Penjual Tomat : “Pak jangan bercanda saja, ndang dipenjara ki tar keburu lari lagi.” (marah)
Polisi : “Sebenatr…, ki sebenarnya masalahnya apa?” (bertanya dengan santai)
Penjual Tomat : “Dia sudah mencuri tomat saya. Padahal tomat mahal. Saya tidak terima, pak.” (menjelaskan)
Polisi : “Loh bukannya hari-hari ini tomat lagi murah? Saya saja kemarin beli Rp. 500,- dapat 4 biji.
Penjual Tomat : “Oww…tidak bisa tomat saya itu import dari Magetan, jadi mahal.” (mengelak)
Warga : “Iya pak, intinya kan wanita sinting ini sudah mencuri. Mencuri kan perbuatan tercela dan merupakan tindak kriminal. Jadi harus dihukum.”
Polisi : “Ya sudah-sudah, wanita ini biar disini saja. Biar saya proses dulu.”
Srikandhi : “Lho pak…” (menggerutu)
Penjual Tomat : “Ya sudah saya permisi dulu pak, kalau hitu.” (berpamitan)
Polisi : “Okok…silahkan…”
Srikandhi : “Hihihi…” (menangis sesenggukan)
Polisi : “Jangan menangis. Hari ini kamu akan diproses dan besok kamu akan disidang. Kamu punya orang tua kan?”
Srikandhi : “Ow…punya-punya pak.”
Polisi : “Silakan telpon untuk memberi kabar.”
Srikandhi : “Tapi dikerajaan belum ada telpon pak.”
Polisi : “Ow…iya lupa kan masih kuno kehidupannya. Lupa…lupa. Biar nanti saya suruh teman saya untuk memberi kabar kepada orang tuamu.”
Akhirnya Polisi memasukkan Srikandhi ke dalam sel tahanan. Polisi menuju sel tahanan pria yang bernama Srikondhi untuk memberitahunya bahwa besok dia akan melakukan sidang ke-2. Srikandhi merupakan seorang tahanan 2 tahun yang lalu dengan kasus pencurian uang bank.
Polisi : “Srikondhi, besok adalah sidangmu yang ke-2. Kabari segera orangtuamu dan persiapkan dirimu baik-baik.”
Srikondhi : “Maaf, Pak saya sudah tidak mempunyai orang tua lagi.” (sedih)
Polisi : “Oww…pantesan nyuri…” (mengejek)
Srikandhi : “Iya pak…saya ingin punya uang untuk membeli pulza untuk sms pacar saya pak. Soalnya kalau tidak di sma atau saya tidak balas smsnya nanti saya diputusin pak.” (menjelaskan)
Polisi : “Kalau buat beli pulsa yang harganya Rp. 6.000,- saja napa harus nyuri? Lha wong kamu ngamen di terminal sehari saja sudah dapat lebih dari Rp. 6.000,-
Srikondhi : “Tapi kan kalau ngamen uangnya kecil dapatnya. Sedangkan nyuri di bank, bisa dapat uang yang warnanya merah-merah itu dalam jumlah banyak.”
Polisi : “Benar juga katamu.” (membela)
Srikondhi : “Emang saya ini pinter lo pak janeki. Dulu SMA saja waktu Pak Nuryanto ngasih pertanyaan apa majas personifikasi itu? Saya mesti orang yang pertama bisa jawab.”
Polisi : “Coba apa majas personifikasi ki”
Serikondi : “Wah benda hebat juga hidup kamu !! Ya sudahlah, saya mau kembali bekerja dulu”.
Hari telah berganti. Hari ini adalah hari persidangan tahanan yang bernama Srikandi dan Srikondhi dan Srikondhi merupakan tahanan dengan kasus yang sama yaitu pencurian. Tapi kausunya Srikondhi mencuri tomat sedang Srikandi mencuri uang bank.
Polisi : Hari ini yang akan melakukan sidang pertama adalah Srikandhi yang berkasus mencuri tomat. Kepada Srikandhi sulahkan menuju tempat yang telah disediakan”.
Srikandhi : “Ya Pak, tapi hukumannya jangan berat, ya ?” (Memohon)
Polisi : Dah, duduk saja dulu jangan benyak ngomong”.
Srikandhi : “Siap Pak !!” (sambil duduk)
Bebrapa saat kemudian Hakim, jaksa dan rekan-rekan Hakim yang lain datang. Srikandhi sangat gugup dan berkeringan karena dia sangat takut dan baru pertama kali ini dia di sidang.
Hakim : Apakah anda yang bernama Srikandhi?”
Srikandhi : Benar Pak, tapi jangan hukum saya ya Pak? Soalnya saya ini keturunan kerajaan lho Pak !! Ya Pak,, Pliss . . .
(Memohon dan membujuk Hakim)
Hakim : “Lha dalah,, kalo keturunan kerajaan kenapa mencuri ?? (Bingung)
Srikandhi : “Saya itu nggak senganja Pak, waktu jalan saya merasa laper, jadi saya mengambil tomat untuk mengganjal perut saya”.
Hakim : “Kamu itu dari kerajaan mana sih? Kok kere g2, sampai mencuri tomat segala”.
Srikandhi : “Saya itu dari kerajaan Denggala itu lho Hakim! Padahal saya itu nggak mencuri tapi Cuma mengambil Pak Hakim!.
Hakim : “Apa bedanya,, wong untuk nggak bilang-bilang !!”
Srikandhi : “Biasanya juga g2 Pak,, Si Bapak penjual tomatnya aja yang sinis sama saya” (Meledek)
Penjual tomat : “Eh … tomat mahal lho!! Klau murah baru tak kasih 1 kantong plastik penuh (Menyambar)
Hakim : “Sstt … malah berantem !! Sudah diem kalian” (Sambil mengetukkan palunya). Ole …. Tenangkan diri dulu. Kita break. Nanti dianjutkan kembali. Saya sibuk mau menyidang Srikondhi dulu.
Srikondhi : “Hakim nggak perofesional …. Emang situ aja yang sibuk? Sini juga”.
(Beranjak dari tempat duduk lalu berjalan keluar tempat persidangan)
Hakim tidak menggubris perkataan Srikandhi sama sekal. Kemudian Hakim melakukan sidang untuk tahanan kedua yang bernama Srikondhi. Sidangpun dimulai. Srikondhi duduk dihadapan Hakim dan Jaksa.
Hakim : “Oke kita mulai sidangnya sekarang, untuk siapkan Srikondhi?”
Srikondhi : “Iya Pak Hakim saya selalu siap!”
Hakim : “Ehm, kenapa juga dulu kamu mencuri uang Cuma gara-gara pulsa?” (Sambil berdehem)
Srikondhi : “Lha gimana Pak Hakim, habisnya pacar saya manja sekali, lo gak di mz / blz dia marah dan ngancam bakal mutusin q.
Hakim : “Tapi kenapa harus mencuri di Bank? Kan kamu bisa ngamen or ngapain gitu. Jadi kuli juga bisa (Sambil menyindir)
Srikondhi : “Waalah Pak Hakim ini gimana sieh?? Kan kalau saya mencuri di Bank persedian uangnya lebih banyak, sedangkan kalau ngamen or jadi kuli persediaan mepet Pak Hakim!!”.
Hakim : “Wo tanah bocah gendheng u to Srikondhi!! Orang kok pikirannya pendek sekali (sambil menggelengkan kepala)
Srikondhi : “Tapi Pak Hakim hukumannya lama-lama jangan ya? Ntar pacar saya selingkuh gimana? Kan saya jadi merana di sel Pak Hakim”.
Hakim : “Dari dulu saya juga baik,, baru tai ya?? Hehehe … dah lah nanti kalau sudah keluar dari sel penjara kan juga dapat lagi!! (sambil ketawa sedikit mengejek)
Srikondhi : “Ya … sudahlah !!
Saya terima saja Pak Hakim” (pasrah)
Hakim : “Okelah kalau begitu … untuk saudara Srikondhi saya tegaskan kamu mendapat hukuman ± selama 2 tahun penjara dengan kasus pencurian uang di Bank!! (sambil mengetuk palunya dok … dok … dok)
Setelah Hakim memutuskan keputusannya. Hakim kembali ke persidangan Srikandhi yang belum kelar-kelar”.
Hakim : “Mari kita mulai sidangya!! Kamu siap Srikandhi??
Srikandhi : “Selalu siap Pak Hakim!! (Begitu tegasnya menjawab)
Hakim : “Apa kamu siap dihukum dengan kesalahanmu Srikandhi?”
Ibu Tiri : “Saya tidak terima dengan ini semua, dia anak saya satu-satunya. Trus kalau dia dipenjara, saya sama siapa …?
Srikandhi : “Sudahlah Ibunda ratu, kita trima saja, ananda lelah kiranya. Ya … kalau memang saya salah, saya siap Pak Hakim” (Dengan pasrah)
Hakim : “Okelah … kalau Begitu … sesuai dengan tindak pidana yang kau perbuat Srikandhi, kamu mendapat hukuman 2 minggu penjara”.
(sambil mengetuk palunya dok … dok … dok …)
Srikndhi : “Kenapa hukum / peraturan yang ada di kerajaan dan masa berbeda ya Pak Hakim,, kalau dikerajaan saya. Soal begini ae gak dipermasalahkan, kalau di masa kok sampai sidang segala ya??” (Berfikir bingung)
Hakim : “Makanya jo mencuri di kerajaanmu saja kan bebas gak ada hukum!! Ya sudah mari kita akhiri sidang pada hari ini!! Selamat siang (Berjalan pergi meninggalkan tempat)
Akhirnya sidang antara Srikandhi – Srikondhi telah selesai. Mereka mendapat hukuman sesuai dengan kesalahan mereka.
“SELESAI”